Mengapa Gerakan Savebabi Harus Kita Dukung

Jhon Veri Sihaloho ST-Foto Saat Pelantikan Pengurus DPD HBB Provinsi Jambi Periode 2019-2024-di Gedung Asiniroha Jambi-Minggu 24 November 2019-Foto Ezer Twopama Manihuruk-Asenk Lee Saragih

Jambi-Hampir 2 tahun sudah Gubernur Sumut Edy R menduduki BK 1 di Sumut. Proses cukup menegangkan saat kontestasi perebutan kursi saat itu serupa dengan RI 1. Dimana ideologi lebih kental dari pada program dan lain-lain. Kita mengenal istilah kampret dan cebong kala itu.

Pemerintah bersepakat bahwa istilah "cebong - kampret" pun harus di sudahi. Walau sampai hari ini acap kali terdengar untuk mewakili sekelompok manusia pendukung Khilafah (HTI and the gang) perongrong Pancasila vs Nasionalis dengan slogan NKRI harga matinya. 

Baca Juga: HBB Kumpulkan Donasi "SAVEBABI" di Sumut

Saya sendiri secara pribadi menolak istilah ini. Selain  karena kurang beradab, ini hanyalah bagian dari skenario politik untuk pewadahan dukungan. 

Edy yang militer tak mungkin seorang kampret. Namun ternyata semakin kesini,  Edy yang seorang mantan militer itu pun semakin ngawur dengan cara kepemimpinan nya. 

Kebijakan-kebijakan yang kontra kearifan lokal acap kali fulgar di pertontonkan. Mulai dari ultimatum bantuan ke Kabupaten Tapteng, statement pembenturan NU dan GMKI, masalah wisata syariah, pemusnahan babi dan lain-lain.

Rasa-rasanya cukup sudah, Bos BK-1 satu ini memang harus di tegur. Diam bukan hal yang bijak. 

Kasus issue pemusnahan babi bukan lah soal babi belaka. Secara organisasional ini adalah "Entry Point"  buat HBB lebih eksist berkontribusi mengawal pemerintah agar tidak makin ngawur kedepan. 

Dalam hal ini dukungan dari seluruh element suku Batak  pun sangat di perlukan. Bantuan moral dan materi yang mereka butuhkan untuk berjuang disana.  Termasuk saat saat nanti Realisasi Tapanuli Raya  Diperjuangkan.(Jon V Haloho.ST-Sekretaris DPD HBB Provinsi Jambi)